tragedi di kota mauri



rumah roboh, pohon tumbang, tanah tak rata, mobil motor semua hancur. kejadian begitu cepat. gempa merubah segalanya. keluarga juga di hancurkan. tak ada yang bahagia ketika ada bencana seperti ini. bahkan yang tidak mengalaminya ikut simpati dengan apa yang terjadi di kota sambiri. kota itu terkenal dengan kota preman. tempatnya para preman para rampok para pengedar. tapi meski begitu disitu masih terdapat ponpes tapi sekarang sudah rata dengan tanah.

masyarakat sambiri punya kebiasan buruk seperti mabuk mencuri dan rampok itu bagi para senior. mereka sangat kompak dan tak pernah melakukan perbuatan jelek di kotanya. dan jika ada dari kota mereka yang di rusak atau yang disakiti maka seluruh kota tak terima dan menangani bersama. kota sambiri menjadi kota yang mengerikan. tapi tak semuanya mengerikan. mereka ingin merubah semua anak mereka menjadi baik.

hingga didirikannya ponpes yang berada di tengah-tengah kota. ide ini muncul dari bos mereka kala itu sutamon, sutamon yang melahirkan anak pertamanya yang di beri nama mauri tamanu. sutamon tak ingin melihat anaknya menjadi berandalan seperti ayahnya. hingga sutamon mengadakan pertemuan besar besaran dikota itu yang berakhir kesepakatan bagi anak usia dibawah 20 tahun tidak boleh ikut ber operasi seperti merampok mencuri dan mengedarkan. 

tapi tentunya ada pihak yang tak setuju dengan keputusan ini. tapi mereka tak bisa mengelak karna sutamon bisa menghabisi siapapun yang menentangnya. kemudian setelah 3 tahun kota menjadi lebih nyaman. mereka bahkan ingin anak-anaknya di sekolahkan. hingga didirikannya ponpes ditengah-tengah kota. ponpes yang begitu mewah.tapi setelah 2 tahun ponpes berdiri semua menjadi kacau lagi.

sesuatu yang tak pernah terlihat dikota sambiri mulai terlihat. mereka yang menolak keputusan sutamon mulai banyak dan mulai berani melawan. pro kontra dimana2 kota menjadi tak aman semua santri di pulangkan demi menjaga keselamatan mereka. karna ponpes selalu jadi sasaran bagi para penentang sutamon. perkelahian terjadi di mana-mana jalanan menjadi medan perang antara  pro sutaman dan yang menentang sutaman. kota menjadi arena tawuran, suasana tak seperti ketika mereka mereka saling ,melindungi. banyak yang pindah ke kota lain untuk mencari ketenangan.

andai saja sutamon masih seperti yang dulu yang selalu menghajar siapapun yang menentangnya pastinya sudah teratasi sejak dulu. Tapi sutamon sekarang menjadi tak pernah ikut dalam pertengkaran itu, dia lebih sering berada di rumah dengan istri dan anaknya. hanya keluar untuk mencari makan . meskipun begitu banyak penentang sutamon, tak ada satupun dari mereka yang berani berhadapan dengan sutamon. bagi yang pro sutamon pun begitu, mereka tak berani minta bantuan sutamon agar menghentikan semua ini. bahkan pernah sepuluh orang mendatangi rumahnya tapi sepuluh orang keluar dengan babak belur. sutamon tetap tak menghentikan aksi semua orang di kotanya. tak ada lagi yang bisa menghentikan kekacauan warga sambiri.

hingga gempa yang terjadi di kota sambiri menghentikan semua perpecahan yang sudah hampir setahun. sekarang semuanya kembali tenang seperti kota sambiri yang dulu. dan anehnya yang selamat rata-rata anak dibawah usia 20 tahun. tak ada lagi perpecahan. semua saling menolong mereka rata-rata kehilangan keluarga. begitupun dengan mauri, ayahnya yang dikenal garang pun jadi korban gempa di kota sabrini. #cerpen
Previous
Next Post »